eramuslim - Tahukah kita sebab utama diusirnya iblis oleh Allah Swt dari surga-Nya? Dan gerangan apakah yang membuat iblis dimurkai Tuhan sepanjang masa? Ya karena si iblis itu bersikap sombong kepada yang lain. Siapa yang sombong kepada selainnya berarti ia sombong kepada Allah Swt. Sang Maha Pencipta yang ada.
Iblis dinilai sombong oleh Allah Swt. karena ia meremehkan kehadiran, keberadaan manusia, "saudara muda" si iblis kala itu. Selanjutnya sikap politis angkuh iblis itu dinilai-Nya sebagai sikap ketidaktundukan dan ketidakpasrahan ciptaan kepada-Nya. Artinya, iblis sudah tidak "Islam" lagi, sehingga ia dikeluarkan dari singgasana kenikmatan dan kebahagiaan.
Seperti yang disabdakan Rasulullah Saw, sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh selainnya (ribathul haqq wa ghamthun naas). Ketika kita merasa lebih baik, pintar, kaya dan hebat dari yang lain maka kita telah berprilaku sombong.
Tatkala kita menafikan sedikit saja dari peran dan keberadaan seseorang serendah apapun pangkat, derajat dan posisinya dalam hidup ini, kita juga telah terjebak menjadi penyombong. Seorang pejabat, dosen, ustadz, pegawai yang merasa dirinya baik, mulia dan tinggi dibanding buruh, tukang sapu, petani atau lainnya juga sebuah sikap sombong. Karena Allah Swt menilai kemuliaan dan kebaikan seseorang bukanlah dari sisi materi, tapi sisi takwanya. Selain itu, semua di hadapan-Nya itu sama. Adapun kita jadi ini-itu, hanyalah peran saja yang berbeda. Dan tahukah kita jika yang kita tekuni itu yang lebih mulia atau baik? Kalau begitu adakah di antara kita yang tak pernah sombong?
Sesungguhnya sombong adalah sikap hati yang tak kelihatan oleh mata kepala orang lain, tapi ia bisa dirasakan akibatnya. Ia menjelma dalam ketidakpatuhan, ketidakadilan, ketertindasan pada diri manusia ataupun sebuah masyarakat atas hukum Allah. Jika saat ini banyak kemiskinan dan ada di mana-mana, itu karena si kaya sombong terhadap yang miskin, atau boleh jadi si miskin sombong pada dirinya sendiri. Kebodohan melanda umat ini tak lain tak bukan juga karena sang alim, ulama, guru, dosen tak peduli kepada yang bodoh, dan boleh jadi pula si bodoh merasa pintar lalu tak perlu belajar. Begitulah seseorang menjadi sombong.
Abu Jahal sombong kepada Nabi, karena ia menolak risalah (ajaran Tuhan Yang Maha Benar). Ia tidak mau belajar dan mau tahu terhadap apa yang dibawa Muhammad sang Rasul Tuhan itu. Sehingga Abu Jahal, yang juga paman beliau, mudah meremehkan, menyepelekan apa yang dibawa Nabi. Tak aneh jika ia bernafsu membunuh Nabi.
Demikan pula yang terjadi pada Raja Fir'aun. Fir'aun mengaku dirinya lebih hebat, tinggi baik terhadap Tuhannya maupun kepada rakyatnya. Karena itu, ketika Nabi Musa datang memberikan nasehat kepadanya, sang rajapun menolaknya. Bahkan Fir'aun menantangnya. Hal yang sama juga dialami sang konglomerat masa nabi Musa, Qorun yang menyepelekan kaum papa dengan sikap enggan mengeluarkan sebagian hartanya untuk fakir miskin. Ia beranggapan berinfak kepada si miskin tak ada gunanya. Akhir cerita Qorun mati di atas kesombongan. Na'udzubillah min dzalik.
Nabi Saw pernah mengingatkan kita, "Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada sikap sombong kendati sebesar biji sawi." Dalam surat Luqman ayat 18 Allah Swt. pun melarang kita untuk bersikap sombong. "Dan janganlah engkau memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri".
Itulah peringatan dari Allah dan Rasu-Nya agar kita tidak berlaku sombong. Siapa pun sombong maka ia akan mengalami takdir yang sama seperti Fir'au, Qorun, Abu Jahal dan penyombong lainnya. Akankah kita mati seperti mereka? Wallahu a'lam bishshowab (Hayya Nasy'ur)
Selasa, 11 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar