Sarah memilih angkat kaki dari rumah. Bukan benci pada mama dan papanya,meski
dia juga yakin jika tengah dipermainkan emosi sesaat. Dia ingin menjernihkan pikiran,jauh dari rumah yang tak lain adalah saoraja,dan yang pasti penghuninya pun harus selalu bertindak sebagaimana layaknya ningrat.
Dia kesal pada mama dan papanya .Ya...kesal. Mungkin itu kata yang tepat untuk saat ini ,karena membenci mama dan papanya, sarah tahu itu keterlaluan,ia tahu mama dan papa mencintainya dan dia bangga akan itu,tapi mereka menurutnya sangat terlalu.
''Sarah,kamu harus bisa membawa diri. Ingat nama lengkapmu,Andi sarah! Seorang
ningrat tak bisa di bedakan hanya dengan melihat wajahnya,tapi cara berpakaian,melangkah,dan bertutur!''
Sarah mulai bosan dengan kalimat seperti itu. Gelar ningrat yang di alirkan ke
darahnya,seolah fluida beracun yang bisa saja mematikannya,bila dia tak bisa
memerankan peran ningrat yang sesungguhnya. Saoraja,tempat tinggalnya,seperti sebuah bangunan yang mengekang kebebasannya.
''Kebebasan seperti apa lagi yang kamu minta?'' Kalimat papanya tadi malem,sempat membuatnya mengurungkan niat untuk pergi dari rumah.
Mama dan papanya memang punya toleransi berlebih.Tidak seperti ningrat
kebanyakan yang membatasi pergaulan anaknya.Harus sesama ningrat,atau paling
tidak dengan anak orang terpandang,apa itu karena orangtuanya yang pejabat,atau
orang kaya. Mama dan papanya tidak seperti itu , Sarah bahkan bebas membawa teman-temannya masuk saoraja,dan tidak memberi aturan pada teman-temannya untuk memanggilnya dengan nama lengkap,Andi sarah!
Katup toleransi mama dan papanya,tiba-tiba tertutup rapat,saat sarah mengajukan
keinginan untuk mengikuti kontes kecantikan tingkat nasional.
''Mau jadi model,mau jadi selebritis ? memangnya kamu belum merasa dikenal
terlahir dari orangtua secakep papa ?'' awalnya papanya menanggapinya dengan
lelucon,karena dia juga mengganggap sarah hanya bercanda. ''Sarah serius ,pa.''
Papanya yang lagi asyik baca koran,merasa terusik dengan kalimat itu.
Keinginan sarah itu,tidak hanya mengerutkan kening papanya,tapi juga mamanya
yang sedang sibuk mengaduk teh celup .
''Apa aku kurang pantas jadi model ?''
Kepercayaan diri sarah,seolah runtuh melihat reaksi mama dan papanya, yang
seolah tak memantaskan dirinya untuk jadi model .Padahal keinginannya untuk
menjadi model,bukan hanya dia merasa cantik,tapi juga untuk yang kesekian
kalinya,dia telah menjadi yang terbaik dalam adu kecerdasan,tingkat
propinsi,bahkan nasional. Bahasa asingnya pun tak hanya bahasa inggris,tapi juga nihon-go,bahkan mandarin.
Terlebih,keinginannya untuk ikut ajang ratu kecantikan itu, karena dia ingin
mewujudkan niatnya untuk keliling dunia,bukan untukshoping,tapi melihat
kekuasaan Tuhan yang lain,dan membagi kasih lewat kegiatan2 sosial yang biasa di
lakukan para pemenang kontes kecantikan .
''Papa tidak setuju,titik!'' Tegas papanya saat seluruh argument dia lontarkan
untuk meloloskan keinginannya. Papanya bahkan menghempaskan koran yang di bacanya,lalu meninggalkan sarah yang masih menatapnya penuh harap.
Mamanya yang melihat kesedihan di wajah sarah,mencoba menyentuh hati sarah
dengan bujukan dan belaian . Tapi sentuhan itu tak berasa ke hati,karena mamanya
pun tak memberi restu,cara penolakannya saja yang berbeda .
''Sarah,papamu benar .Apa sih asyiknya jadi model ? karena terkenal ? punya
banyak uang ? Harta dan ketenaran bukan jaminan kebahagiaan .
Papamu nggak ingin kamu jadi sorotan publik,jadi bahan gosip,bahkan di caci.''
''Ma,kenapa terlalu picik memandang selebritis.selebritis apalagi model,
terpilih bukan hanya karena cantiknya,tapi juga kepinteran dan sikapnya selama di karantina.
''Tapi apa yang terjadi setelah dia keluar dari karantina ? jadi bahan
guncingan,sikap bahkan senyumnya pun selalu jadi bahan kontrovensi . Kamu
mau,sebagai ningrat yang terpandang,tinggal di dalam saoraja,lalu di guncing
sana sini, kamu mau pintu saoraja ini tiap hari di ketuk wartawan,untuk meminta
komentar mama dan papa tentangmu ?
Orang lain boleh bangga,tapi mama dan papamu mengganggapnya aib.
Mama sudah bangga dengan prestasi kamu di sekolah,mama nggak ingin lebih dari
itu. jangan pikir jadi selebritis itu asyik ,kecuali kalau untuk bikin
sensasi!'' Sepertinya tak ada celah lagi. Tak ada harapan untuk mewujudkan keinginannya itu. Jalan keluarnya Sarah memilih keluar rumah untuk sementara .
''Sarah bukan marah sama mama dan papa .Sarah cuman ingin melihat dunia luar
,kebetulan ada teman aku yang mengajak jalan-jalan kekampungnya di sulawesi
barat.'' Mama dan papanya seolah mengerti jika, Sarah pergi membawa kecewa ,dan dia
sepertinya tahu...jika putrinya tak akan menyimpan benci apalagi dendam .Kasih
sayang yang mereka curahkan selama ini,cukup untuk menjaga sarah saat jauh dari
mereka.
''Papa melarangmu ikut ajang pemilihan model itu,karena mencintaimu,kami tidak
ingin publik merasa memilikimu sebagai idolanya .lalu memisahkanmu dari kami.
papa sudah terlalu tua untuk mendengar kalimat sumbang tentang dirimu,jika kelak
kamu betul-betul jadi selebritis. Mamanya mengangguk mengiyakan kalimat papanya,juga mengiyakan kepergian sarah. Mendengar kalimat papanya,melihat tatapan tulus mamanya,kekesalan yang terpendam di balik dadanya,luluh seketika .Dia berat untuk melangkah,meninggalkan halaman saoraja,tapi dia terlanjur berjanji pada Fauziah,teman sekolahnya,untuk berkunjung kekampungnya.
''Semoga kamu betah!'' Kalimat itu yang pertama di ucapkan Fauziah,saat Sarah tiba di sebuah rumah sederhana yang halamannya masih bisa dibanguni rumah type tiga kamar,jika saja tak di tumbuhi pepohonan.
''Kata papamu,kamu mau ikut pemilihan......?
''Jadi papaku cerita ke kamu ?'' potong Sarah.
''Dia cerita saat menelponmu kemarin'' Ehh....kalau jadi selebritis,pilih aku jadi manajermu,ya...? ''Nggak lucu!''ketus Sarah sambil menghempaskan tubuhnya di atas kasur kapuk yang masih lumayan empuk. ''Mau tahu kenapa selebritis suka pake manajer ?''
Sarah tetap diem,meski dari mimik Fauziah,dia tahu Fauziah masih ingin menggodanya.
''Karena selebritis itu,taunya cuman nyanyi,akting,bikin sensasi biar terkenal.jangan harap dia pintar matematika,bagi waktu saja nggak tahu kalau
bukan manajer.'' Sarah akhirnya tersenyum juga mendengar lelucon sahabatnya.
''Disini ada juga ajang pemilihan model.''
''Tingkat kampung..? Hasilnya adi model kampungan juga !'' potong Sarah .
''Benar kamu nggak mau ikut ?'' ucap Fauziah serius .
Mau tak mau kening Sarah akhirnya berkerut, bagaimana mungkin dia yang bermimpi
untuk ikut ajang pemilihan model tingkat nasional ,malah di seret untuk ikut
yang tingkat kampung. Apa memang ada pemilihan di kampung ?
Melihat kening Sarah tak juga mulus ,dia menarik tangan sahabatnya ,dan di minta
mengikuti langkahnya.
'Capek nih,emang kita mau kemana sih ..?tanya sarah di antara desah nafasnya
yang kelelahan mengikuti langkah Fauziah .
Fauziah yang di tanya tetap diam ,hanya memperlambat langkah,karena dia tahu
Sarah tak pernah berjalan kaki lebih dari satu kilometer ,sementara perjalanan
yang harus di tempuhnya lebih kurang tujuh kilometer .
''Apa nggak ada angkot nih..?''
''Kalau mau jadi selebritis ,nggak boleh cengeng,manja! Ntar kalo banyak yang
minta tanda tangan ,banyak jadwal show,kan kewalahan.''
''Tapi ini bukan kerjaan selebitis, Fauziah. Ini kerjaan orang kampung
sepertimu.'' ucap Sarah kesal.
Meski bernada kesal dan kelelahan,Sarah sebenarnya suka berpetualang seperti
itu.
Menelusuri jalan setapak berbatu,yang diteduhi pepohonan .Keringat yang
bercucuran, kering tertiup udara segar .
Tiga jam perjalanan ,mata Sarah terbelalak melihat di tengah hutan lebat
itu,terdapat perkampungan yang rumah penduduknya terbuat dari rumah kayu yang
sudah sangat lapuk. ''Aku hampir tiap hari kesini .''
''Untuk.......?'' Pertanyaan Sarah terhenti melihat seorang bocah kurus tanpa balutan
baju,mendekati Fauziah. Setelah menyalami Fauziah,bocah itu berlari dan berteriak.Hampir seluruh warga kampung keluar dari rumah dan menyalami Fauziah .
''Mereka mengenalmu..?''
''Aku yang pertama kali mendapatkan mereka .Saat itu anak-anak mereka terkena
busung lapar .Tinggal di daerah yang terisolasi ,menbuat mereka tak bisa
bertindak apa-apa .Dia tahu anaknya lapar,tapi dia juga tahu tak ada yang bisa
di panen dari kebunnya ,setelah di landa kemarau sepanjang tahun .''
Sarah seperti terjaga dari mimpinya untuk menjadi model.Ternyata,terlalu
mengada-ada ,jika dia bermimpi untuk keliling dunia demi membagi kasih pada
anak-anak kalaparan,penderita aids,seperti yang di lakukan para pemenang kontes
kecantikan ,sementara di negrinya sendiri,dia tak pernah berbuat apa-apa .
''Selamat dari busung lapar,saat aku berhasil menjadi katalisator antara mereka
dengan pemda .Kini beberapa di antara anak mereka ,terserang lumpuh layuh .''
Kelumpuhan itu seolah ikut menyerang persendian Sarah .Dia ingin berbuat sesuatu
,tapi tak tahu apa yang harus di lakukannya di tengah ketidak berdayaan .
Dalam hati ,dia mencaci dirinya yang selama ini ingin berbuat baik setelah
dirnya terkenal,tidak seperti Fauziah di kenal karena kebaikannya .
Tanpa menunggu Fauziah melangkah duluan,dia mendekati seorang anak dalam
gendongan ibunya. Tatapan anak kecil itu hampa,mungkin seperti tatapannya saat dia tak punya harapan untuk menaklukan papanya memberi restu ikut pemilihan model .
Tangan Sarah terulur untuk mengambil anak itu dari gendongan ibunya .
Dia ingin sekali memeluknya,tapi anak kecil itu menggeleng .Sarah tak patah
arang .dia akan memeluknya dengan cara lain .
Memanggilkan tim kesehatan untuk berkunjung ke kampung yang terpencil itu.
Sarah jadi tak ingin pulang . Kemegahan saoraja terlupakan....perselisihan
dengan mama dan papanya,ingin jadi selebritis,ingin berbuat baik,sebaiknya di
mulai dengan orang-orang terdekat,dari hal-hal yang terkecil! Dan seharusnya
tidak digembor gemborkan apalagi dijadikan ajang mencari sensasi .
Best Regards
Tombo Ati
+-----------------------------------------------------------------------------------+
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain"
+-----------------------------------------------------------------------------------+
Kamis, 20 Agustus 2009
Langganan:
Postingan (Atom)