Cobalah Anda amati perasaan, perilaku, dan kebiasaan Anda sehari-
hari. Tahukah Anda apa yang mengatur semua itu? Kalau Anda
merenungkannya dengan cermat, Anda akan menemukan bahwa keseluruhan
program mengenai diri kita berada di dalam kepala Anda. Inilah yang
disebut pikiran.
Pikiranlah yang mengatur perasaan, tindakan, kebiasaan, dan akhirnya
nasib kita. Pikiranlah yang menentukan apakah kita senang atau susah,
sedih atau bahagia, serta sehat atau sakit. Semua yang kita rasakan
sumbernya adalah pikiran. Karena itu untuk melakukan perubahan
menyeluruh terhadap kehidupan kita, satu-satunya hal yang harus
diubah adalah pikiran. Namun seperti halnya komputer, pikiran kita
juga sering terserang virus-virus berbahaya yang merusak.
Salah satu sarana untuk membersihkan pikiran kita dari virus-virus
tersebut adalah berpuasa. Karena itu makna puasa yang sesungguhnya
adalah mengendalikan pikiran Anda. Inilah yang saya sebut ''Puasa
Tingkat Ketiga.''
Adapun puasa tingkat pertama adalah puasa secara fisik. Ini hanya
menjaga apa yang masuk ke dalam mulut Anda. Puasa tingkat kedua
adalah puasa secara sosial/emosional. Ini berkaitan dengan perilaku
kita kepada orang lain, terutama menjaga apa yang keluar dari mulut
(ucapan kita).
Apa yang masuk ke dalam mulut amat perlu kita jaga, karena inilah
sumber penyakit. Kita menjaga agar tak makan makanan yang beracun,
yang tak higienis, maupun yang berkolesterol tinggi. Namun sayangnya,
kita sering mengabaikan ''makanan-makanan'' yang masuk ke dalam
kepala kita.
''Makanan-makanan'' itu sebenarnya tak kalah beracunnya, sangat
berbahaya dan mengandung virus yang mematikan. Hakikat puasa tingkat
ketiga adalah menjaga pikiran dari virus-virus yang berbahaya. Ini
adalah puasa secara mental, yang merupakan prasyarat puasa tingkat
empat, yang intinya adalah merasakan kedekatan Tuhan. Inilah
tingkatan puasa yang tertinggi yaitu secara spiritual.
Untuk mengubah diri kita, paling tidak kita harus mencapai puasa
tingkat ketiga ini. Caranya adalah dengan memilih secara
sadar ''makanan-makanan'' apa yang boleh dikonsumsi pikiran kita.
Kita harus sangat berhati-hati karena banyak sekali hal di sekitar
kita yang dapat menjadi virus yang berbahaya.
Coba perhatikan, berapa lama Anda menonton televisi setiap hari?
Jangan lupa, banyak acara-acara TV sekarang ini berisikan virus-virus
yang sangat berbahaya: telenovela, sinetron, film dan acara gosip
para selebritis kita yang ada di hampir seluruh stasiun TV. Temanya
berkisar pada hal-hal yang itu-itu saja: perkelahian antarartis,
perceraian, perselingkuhan, dan seterusnya.
Bosan dengan acara gosip, Anda melihat berita dan menyaksikan
perkelahian para politisi kita. Selain dari media massa, pikiran Anda
juga bisa tercemar melalui lingkungan pergaulan, tindakan orang yang
menyakiti kita, maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu.
Racun pikiran kita inilah yang akan menentukan perasaan kita. Apakah
Anda merasa bahagia, senang, dan susah, sebenarnya hanyalah merupakan
konsekuensi dari apa yang masuk ke pikiran Anda.
Esensi berpuasa adalah menciptakan ''gembok'' untuk mengunci pikiran.
Berpuasa berarti kitalah yang memegang kunci gembok tersebut, dan tak
menyerahkannya kepada orang lain. Ini sebenarnya merupakan hakikat
kepemimpinan. Seperti halnya komputer, otak kita juga mempunyai rumus
GIGO (Garbage In Garbage Out). Maksudnya, kalau pikiran kita
mengkonsumsi sampah, maka yang akan dihasilkan juga sampah. Ada
pepatah yang mengatakan, ''Pikiran yang picik membicarakan orang.
Pikiran biasa membicarakan kejadian. Tetapi pikiran yang besar
membicarakan gagasan.'' Inilah pikiran-pikiran yang bersih dan belum
teracuni virus dan sampah.
Lantas bagaimana dengan hal-hal yang tak dapat kita kontrol, misalnya
perilaku dan ucapan orang lain yang menyakiti hati Anda? Kalau itu
terjadi pada Anda, berapa jam waktu yang Anda gunakan untuk
memikirkan perilaku orang tersebut? Padahal, semakin Anda terserap ke
dalam detil tentang apa-apa yang membuat Anda marah, semakin tak enak
pikiran Anda. Inilah efek bola salju pikiran.
Jangan lupa, walaupun kita tak dapat mengontrol perilaku orang lain,
kita senantiasa dapat mengontrol pikiran kita. Saat ini saya sedang
mempraktekkan tiga kalimat penting untuk selalu menyehatkan pikiran
kita.
Pertama, Subhanallah (Maha Suci Allah). Ini berarti hanya Tuhanlah
yang Maha Sempurna. Memahami kalimat ini akan membuat kita mudah
memaafkan kelalaian orang lain dan diri sendiri.
Kedua, Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah). Memahami kalimat ini
akan membuat kita senantiasa bersyukur menghadapi situasi apapun.
Kesuksesan tidaklah membuat kita takabur, sebaliknya kegagalan
tidaklah membuat kita putus asa.
Ketiga, Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Memahami kalimat ini secara
mendalam akan menyadarkan kita bahwa semua hal yang kita lakukan,
bahkan kita pertengkarkan sehari-hari, adalah masalah kecil. Kitalah
yang sering merusak pikiran kita dengan membesar-besarkan masalah
yang sebenarnya kecil.
Oleh: Arvan Pradiansyah,
*********************************************************************************
Tahukah Anda.
Laba-laba ternyata tidak pernah menempel pada bidang yang dia lewati, seekor laba-laba yang bisa bergantung pada langit-langit berkat adanya 600.000 setule (rambut yg sangat halus) yang mengasilkan gaya tarik-menarik antara laba laba dan bidang yang dilewati.
*********************************************************************************
Senin, 17 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar